Yamaha Mio, Bawa Pulang Hadiah Mobil

Yamaha Mio, Bawa Pulang Hadiah Mobil

Rabu, 30 November 2011

Modif Suzuki Satria 120, 2001 (Jakarta)


Suzuki Satria 120, Sekarang Susah Cari Lawan!


Suzuki Satria 120 milik Alief Zulkarnaen ini, sulit cari lawan juga. Apalagi, cari lawan setimpal alias pacuan dari tipe yang sama. Tentu buat main di trek lurus malam hari. Katanya berkat ramuan rasio kompresi Satria lansiran 2001 ini bermain di angka 8,2 : 1!

“Mungkin karena sering lawan motor sport seperti Ninja dan RX-King, akhirnya jadi susah cari lawan. Minder kali ya,” ujar Ocha, panggilan akrab Alief. Selain itu, mungkin karena ada nama besar salah satu mekanik ternama dibalik layar.

Yup! Pacuan yang aplikasi kelir krom ini diracik Hardi yang punya nama besar di dunia balap tanah air. “Sebenarnya kalau dibilang istimewa, gak ada yang istimewa. Magnet aja masih standar kok,” aku tunner karib disapa Kampret itu.

Soal kompresi yang main di 8,2 : 1, itu tercipta karena aplikasi piston Suzuki RGR oversize 150. So, kini liner Satria dijejali penggebuk ruang bakar diameter 61,5 mm. Tapi, karena posisi pen piston RGR lebih tinggi, paking blok pakai bahan aluminium tebal 3 mm. Jadi, tak resiko piston bakal mentok kepala silinder.

Untuk mencapai kompresi yang diinginkan, kepala silinder ikut dipapas 3 mm. Lalu, kemiringan squish dibuat jadi 10ยบ dan lebarnya 13,5 mm. Lewat kompresi dan squish yang lebar ini, power motor pun keluar sejak putaran bawah atawa start.

Kompresi segitu juga didapat dari silinder blok ikut disentuh tangan dingin Kampret. Tinggi lubang exhaust yang menjadi penentu korekan di pacuan dua nada, dibuat jadi 25 mm. Sedang lebarnya dipatok 38 mm. Hasil papasan bor tunner pun seakan membentuk kipas.

Selain lubang exhaust, lubang transfer juga ikut diperbesar. “Tapi, diperbesar karena pakai reed valve Yamaha RX-Z. Jadi, besarnya lubang harus mengikuti,” alasan mekanik dua zaman ini.

Alasan lain pakai katup buluh RX-Z, karena tak terlalu keras layaknya V-Force. So, lubang intake dipapas 3 mm agar masuk sempurna. Ya, sisi kanan 1,5 mm dan sisi kiri 1,5 mm.

Dukungan pengapian juga tergolong biasa saja. Selain magnet yang standar, koil pun hanya aplikasi milik Yamaha YZ125. Lalu, CDI aplikasi Kawasaki Ninja 150. "Pernah coba entengin magnet dan balancer, torsi hilang," tutup Kampret.

Nah, sekarang sudah dibuka nih rahasia dapur pacu Satria yang dipacu Danny di trek 500 meter. Kalau ada yang ingin ‘ngelamar’, Ocha pun siap menerima.

Ada yang minat?

Dari 800 Meter Jadi 500 Meter
Jika sebelumnya main di 800 meter, kini Suzuki Satria 120R ini ikuti panjang trek yang sedang digemari pemacu balap lurus malam hari. Yaitu, 500 meter.

Ubahan rasio juga hanya bermain di gigi I dan IV. Buat gigi I, pakai kombinasi 13/28 mata dan gigi IV di 23/20 mata. Malah menurut Kampret, lebih enak lagi kalau pakai Satria yang 5 Speed.

Karburator ikut menyesuaikan. Jika sebelumnya pakai Keihin PWK28, kini Mikuni TM28. “Ketika pakai PWK, power kurang keluar. Tapi, setelah pakai TM, terasa jauh lebih enak. Mungkin karena venturi lebih besar,” kata Kampret yang enggak bisa terbang itu. He..he..he...

 
 

DATA MODIFIKASI
Ban depan : Eat My Dust 45/90-17
Ban belakang : Eat My Dust 60/80-17
Knalpot : Custom by Bokir   
Stabilizer : Kitaco

Ocha : (021) 950-30381

Rabu, 09 November 2011

Hadiah Mobil Untuk Juara Drag Skutik 200 cc




Seri ke-4 dari 5 seri rangkaian Pertamina Enduro KYT Drag Bike 201m Championship 2011 merupakan seri penentuan dari pembagian kelas yang nantinya akan berhak memperebutkan grand price sebuah mobil. Drag bike yang di selenggarakan di Yogyakarta 23-24 Juli mengambil lokasi di Stadion Manguwoharjo, Sleman. Lomba kali ini diikuti sebanyak 284 starter dengan memperlombakan 13 kelas. Kelas 8 Matic s.d. 200 cc berhak untuk memperebutkan grand price karena total jumlah peserta dari seri pertama paling banyak.

Sementara kelas yang berhak memperebutkan 4 sepeda motor antara lain kelas 2 Bebek 4T TU s.d. 200 cc, kelas 5 Sport 2T TU s.d. 155 cc dan kelas 4 Sport 2T TU s.d. 140 cc. Sedangkan 2 kelas lainya yaitu dan kelas 3 Bebek 2T TU s.d. 125 cc dan kelas 1 Bebek 4T TU s.d. 130 cc harus kembali bersaing karena total jumlah peserta yang sama.

"Dari awal seri kami telah mengumumkan bahwa ada 5 kelas yang akan memperebutkan grand price yang terdiri dari 4 sepeda motor dan sebuah mobil," jelas Helmy Sungkar selaku pimpinan Trendy Promo Mandira, penyelenggara lomba. Pada seri ini telah mendapatkan kelas yang berhak memperebutkan sebuah mobil dan 4 motor, namun karena di kelas 3 dan kelas 1 total pesertanya sama, maka untuk dua kelas ini yang berhak memperebutkan sebuah sepeda motor akan diumumkan nanti di seri terakhir yang akan di gelar di Sirkuit Sentul Desember mendatang. (otosport.co.di)

Hasil Lomba
Kelas 8 Matic TU s.d. 200 cc
1. Stevanus Nawier/Semarang/Yamaha Mio/07.664
2. Tony Cupang/Malang/Pell’s Rextor Kawahara/Yamaha Mio/ 07.750
3. Richo Bochel/Surabaya/ Tomo Speed Private Gold/Yamaha Mio/07.763

Kelas 4 Sport 2T TU s.d. 140 cc
1. M.Chabix/Tangerang/Don Cisadane Gila Balap/Yamaha RX-Z/ 07.525
2. Richo/Surabaya/Bintuni Manual Tech Rov’s Speed Metal/Yamaha RX-Z/07.564
3. Antonius Petruk/Yogyakarta/-/07.638

Kelas 2 Bebek 4T TU s.d. 200 cc
1. Daniel/Surakarta/TDR Bintuni Papua/ Yamaha Jupiter/07.945
2. Arif Deal/ Yogyakarta/TDR Bintuni Papua/Yamaha Jupiter/07.696
3. Achonk Suhartono/Bekasi/ Suzuki Agung TOP Jaya Mtr Man Speed/Suzuki Shogun/08.033

Kelas 1 Bebek 4T TU s.d. 130 cc
1. Achonk Suhartono/Jakarta Omah Mburi Ong’s/Yamaha/08.487
2. Asep Arjuna/Jakarta/Arjuna Adi Djaya/Yamaha Jupiter/08.521
3. Adi S. Tuyul/Padaan/Bintuni Manual Tech WSP Metal/Yamaha Crypton/08.530

Kelas 5 Sport 2T TU s.d. 155 cc
1. Tony Cupang/Nganjuk/Kawasaki Ninja/07.402
2. Muslih Wuri K./Yogyakarta /Kawasaki Ninja/07.515
3. Antonius Petruk/Yogyakarta/Kawasaki Ninja/07.533

Kelas 5 Bebek 2T TU s.d. 125 cc
1. Adi S. Tuyul/Pandaan/P2AR Speed/Suzuki Satria/07.629
2. Tony Chupang/Nganjuk/Suzukik Satria/07.648
3. Richo Bochel/Surabaya/Yong Motor Nano Nano/Yamaha 125Z/07.736

Kelas 12 FFA
1. Ayip Rosidi/Karawang/MC Racing/Yamaha Mio/07.056
2. Tony Chupang/Nganjuk/Tomo Speed Shop/Yamaha Mio/07.106
3. Antonius Petruk/Yogyakarta/Honda Nova Dash/07.194

Rio Teguh Gandeng Sponsor Benahi Trek Drag Bike




Selain menjadi langganan road race, trek di Brigif 15 Kujang Siliwangi, Cimahi, Jabar memendam potensi untuk dipakai event drag bike. Ini pula yang diincar Rio Teguh, pembalap speed off-road sekaligus pemilik tim drag bike untuk memaksimalkan potensi yang ada tersebut. "Lagi nego sama Brigif," ujar Rio di sela-sela kejurnas speed off-road seri pertama di Sentul City, Jabar (24/7).

Menurutnya, ada satu trek lurus di dalam kompleks TNI tersebut dengan panjang 440 meter. "Ada sponsor yang mau overlay trek, tapi belum ketemu kesepakatan soal bagi hasil dengan Brigif," lanjutnya. Ya, semoga saja ketemu titik tengah yang sama-sama menguntungkan demi kemajuan drag bike nasional
.

Selasa, 08 November 2011

Yamaha Mio Sporty, 210cc Pakai Piston CBR dan Naik Stroke



Percuma saja pangkas bodi tapi mesin tak dikorek abis. Akan dibilang gaya doang kalau larinya seperti keong. Itu yang membua Yamaha Mio milik Ridho Juliansyah alias Upay dikorek Adriansyah. Dia mekanik ADR Speed di Penggilangan, Cakung, Jakarta Timur.

Formatnya untuk adu kebut jalanan kelas standaran. Boleh dikorek abis tapi tampilan luar mesin tetap standar. Untuk itu pilihan pertama menggunakan piston milik Honda CBR 150R. Diambil yang punya oversize 150 atau 65mm.

Alasan memilih menggunakan piston CBR karena lebih pendek. Sehingga posisi piston jadi mendem. Mengakalinya supaya piston rata dengan permukaan blok atas, harus naik stroke.

“Pen strokenya pakai 2,5mm. Jadinya langkah seher naik 5mm dibanding standar yang hanya 57,9mm,” jelas Adriansyah yang kini memperkuat tim Yonex juga. Jadinya stroke total 62,9mm.

Kapasitas silindernya bisa dihitung. Diameter 65mm dan stroke 62,9 jadinya 208, 6cc. Digenapkan dapur pacunya di kisaran 210cc.

“Tetap pakai paking standar. Tapi, kompresi cukup diseting 11 : 1, karena untuk trek jalanan yang kadang panjang,” jelas Adriansyah.  

Durasi kem isap 267 derajat dan buangnya 270 derajat. Buka-tutup klep didukung angkatan katup sampai 10mm. Payung katup isap dan buang menggunakan diameter 34-29. “Mesin dirancang untuk 700 meter ke atas,” tutup Upay asal Rempoa, Tangerang.

DATA MODIFIKASI
Ban depam: Swallow 50/90-17
Ban belakang: Swallow 60/80-17
Pelek depan: Excel 1,40x17
Pelek belakang : Excel 1,4x17
Sok belakang : KTC 

Kawasaki Ninja R 150, Spongebob Terkencang



Tampilan menutupi kemampuan. Mungkin itu kalimat  paling pas untuk menggambarkan Kawasaki Ninja 150 ini. Meskipun airbrush di bodinya bermotifkan Spongebob layaknya kartun anak-anak, tapi jika sudah siap buat diajak liaran berubah menjadi garang. Untuk trek 500 meter sangat ditakuti.  

Motor ini biasa main di Taman Royal, Tangerang. Tapi pengerjaanya dilakukan di bengkel D2M, Kapin, Kalimalang, Jakarta Timur.  "Sengaja pilih bengkel yang sudah biasa pegang Ninja," kata Aga, si empunya motor.

Dhidy Nurhadi si mekanik langsung oprek sektor mesin. "Dari awal memang setingnya buat 500 meter, karena itu hanya beberapa bagian saja yang perlu dimodif. Tujuannya tetap mengejar top-speed," kata Dhidy.

Misalnya saja kruk as diganti dengan punya RR asal Thailand. "Biasa disebut punya ZX Thailand, keunggulannya karena material lebih berat sehingga torsi lebih mantap," lanjut mekanik asli Betawi ini.

Kruk as ini juga membuat kompresi lebih padat. "Karena gak ada lubang atau coakan seperti standarnya Ninja R," lanjut Dhidy lagi. Pria ramah ini juga kasih info kalau kruk as ini gampang kok mendapatkannya di pasaran. Harganya sekitar Rp 1,4 juta sudah berserta setang.

Pengerjaan berikutnya mengangkat atau mengorek lubang buang. "Lubang buang sekarang setelah dikorek menjadi 29,5mm diukur dari bibir blok atas," lanjut mekanik yang buka bengkel di Jl. Raya Kapin, No.1, Kalimalang, Jakarta Timur ini.

Untuk lubang isap atau bilasanya sendiri masih dalam kondisi standar. Untuk standarnya, jika diukur dengan cara yang sama maka didapat angka 33mm. Semua itu dilakukan oleh Dhidy sendiri.

Hitungan itu didapat berdasarkan pengalaman jika ingin mendapatkan top-speed. Untuk jarak 500 meter tadi, dipastikan masuk sampai gigi 6.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah komposisi ratio. Ini pegang peranan penting untuk balap adu lurus seperti ini. "Untuk ratio hanya gigi 1 dan 6 saja yang dimainkan, sedangkan yang lainnya masih standar," beber pria yang enggak pernah lepas dari topi ini.

Ratio gigi 1 dibuat lebih berat 2 mata. Dari standarnya 27 sekarang menjadi 25. "Hal itu untuk mengurangi efek selip saat start. Dengan begitu, catatan waktu akan lebih baik," beber Dhydi untuk gigi primernya.


Sedangkan gigi sekunder di gigi 6 dientengin 1 mata. "Dari 22 menjadi 21," tegasnya. Dengan komposisi seperti itu, baik di bawah maupun di atas laju motor mulus, tidak tertahan.

Sementara itu untuk karburatornya menggunakan PJ 34. "Ini pilihan terbaik setelah beberapa kali eksperimen," cuap mekanik selain terkenal ahli Ninja, juga banyak menggarap Satria F-150.

Tentu saja harus didapat juga perbandingan yang pas untuk spuyer. "Main-jet 145 dan pilot -jet 45," tutupnya.

Gas!

Rangka Knockdown

Rangka memang terkesan menyeramkan. Semuanya sudah dimodif dengan dilubangi secara merata. "Itu untuk membuat bobot motor menjadi lebih ringan, selain itu lubang-lubang tadi juga ikut mempermanis motor, lho," kata Dhydi berpromosi.

Tapi, rangka seperti ini hanya untuk kebutuhan drag dan pemotretan. Dengan kata lain, memang ada rangka lain yang dipersiapkan untuk bisa dipakai harian.

"Karena itu sistem rangka dibuat knockdown. Artinya gampang dan cepat dibongkar pasang," ceritanya lagi.   

Yamaha Mio, Joki Baru Pecahkan Rekor Super FFA



Dulu Yamaha Mio ini dibesut joki lawas tim drag bike Tomo Speed Shop. Macam Syaiful Cibef, M. Ramzi dan Imam Ceper. Cuma posisi 2 atau lebih. Tapi, dibetot Muhamad Hendra ‘kecil’ Dely, pecahkan rekor baru di 2 kelas sekaligus. Super FFA matik dan Super FFA pada Drag bike TDR YSS Comet DID 2011 di Jogja.

Meski baru 13 tahun, Hendra yang event ini baru gabung di Tomo Speed Shop bikin geger balapan. Pasalnya, 2 rekor baru langsung dipecahkan dengan waktu 7,040 detik kelas super FFA matik dan 7,055 detik kelas super FFA.

“Ada 3 hal yang bikin rekor baru tercipta. Pertama bobot Hendra cuma 27 kg, lebih ringan dari ketiga pembalap saya. Kedua, dia pintar saat start, meskipun alat untuk start termasuk susah. Ketiga, pilih skubek bore up 300cc dan bukan 350cc,” aku Utomo Tjioe alias Tomo bos Tomo Speed.

Pun begitu, Tomo tidak memberikan setingan mesin Mio bore up 300 cc untuk Hendra lebih galak di putaran bawah. Jusrtu sebaliknya, dengan bobot joki ringan power mesin dimaksimalkan mulai putaran tengah ke atas.

“Kalau galak di putaran bawah, dengan bobot joki ringan takutnya gak bisa kontrol gas. Ban gampang sliding yang dapat menyebabkan hilangnya waktu,” imbuh Tomo yang mengaku pasang rasio kompresi 11 : 1.

Rasio kompresi tak terlalu tinggi buat kejar putaran tengah ke atas, didapat dari piston diameter 66 mm LHK forging yang dicustom ulang kepalanya. Kata Tomo, piston asli rata itu dibikin agak membumbung dan dibuatkan coakan payung klep.

Selain atur ulang kubah, posisi piston yang terhubung setang piston asli (57,9 mm) dan geser stroke 14mm (jadi 86mm), dibikin agak mendam sekitar 2 mm setelah paking silinder bawah diganjal paking almu setebal 3,5cm.

Lalu volume silinder murni 294cc itu disuplai gas bakar karbu NSR SP reamer 34mm dengan setingan spuyer 135/45. Cuma biar debit gas bakar yang masuk dan sisa gas bakar dilepas sesuai kebutuhan mesin, aliran masuk dan buang diatur kem ubahan produk aftermarket.

Secara teknis, pemilik speed shop di Bendungan Jago Raya No. 6-7, Kemayoran, Jakarta Pusat ini mengaku tidak tahu persis ukuran yang tepat berapa derajat durasi dan LSA kem yang dipakai di motornya. Cuma sebagai patokan, tinggi lift kem yang pernah diukur jaraknya ada sekitar 27mm dengan lebar pinggang bubungan 19mm.

“Yang paling baru, diameter payung klep in 34mm dengan diameter batang 5mm dan klep ex 30mm dengan diameter batang 4,5mm bahannya stainless merek SPS. Selain lebih ringan, saat panas enggak gampang berubah bentuk. Performa juga tetap terjaga,” aku Tomo yang gunakan knalpt TSS buat lepas sisa gas bakar.

Ajib bener…  


DATA MODIFIKASI
Ban depan    :IRC 45/90-17
Ban belakang :Eat My Dust 50/100-17
Roller       :LHK 11 gram
Kampas ganda : LHK
CDI          : Sepco

Senin, 07 November 2011

Yamaha Mio, Tercepat di SBY!


Yamaha Mio milik Tomo Speed Shop (TSS) ini pernah tampil sebagai yang tercepat pada pentas drag bike di Surabaya, Jawa Timur. Ketika itu catatan waktunya 7,085 detik digeber Saipul Cibef. Namun ketika di Jogja lalu 7,106 disemplak Tony Cupank juara 2 kelas FFA matik.

Korekan mekanik Thailand ini sudah mengusung spek baru. “Seperti kruk as kerbau yang sudah punya stroke 86 mm,” jelas Tomo yang bos TSS itu.

Dipadukan dengan piston 69 mm merek LHK. “Jadinya kapasitas silinder bisa dihitung, yaitu hanya 321 cc,” terang Tomo yang memang bermuka terang dari tokonya di Jl. Bendungan Jago Raya, No. 6-7, Kemayoran, Jakarta Pusat.

Untuk kepala silinder juga sudah menggunakan spek terbaru. Mengusung klep isap 35 mm dan buang 31 mm. Sedang spek lama klep isap 34 dan buang 30 mm, sama dengan kelas 300 cc.

Menurut Tomo, ruang bakarnya dibuat model dome. Rasio kompresi sekitar 12 : 1, cukup untuk trek 201 meter

Untuk suplai gas bakarnya, dirasa cukup menggunakan karburator PE 28 yang direamer abis. Lubang venturi dibabat abis sampai 34 mm. Main-jet menggunakan 135 dan pilot-jet 45.

Untuk puli depan pakai dari Yamaha Fino satu set berikut roller. Sedang puli belakang masih dipertahankan standar. “Hanya kampas kopling LHK dan per CVT 2.000 rpm,” jelas Tomo yang mau melepas Mio ini Rp 70 juta.

Piston Forging

Di soal pemilihan piston, juga dipilih produk yang lebih ringan namun lebih kuat. Oleh mekanik Thailand, juga sudah diseting menggunakan piston buatan LHK. Kelebihan piston ini sudah diproses dengan sistem forging. Sehingga dengan begitu, dinding liner bisa dibuat tipis namun kuat.

Melalui sistem forging juga membuat piston alias seher itu  jadi lebih enteng. Juga mampu menambah tenaga jadi lebih jreng. Apalagi ring seher juga cukup kecil, sehingga ringan gesekan dan tidak banyak mengurangi tenaga motor.

Sistem forging juga memungkinkan badan piston bisa dibuat kecil. Bagian yang bersinggungan dengan dinding liner jadi sedikit. Semakin sedikit juga mengurangi gesekan dengan boring.

Menurut Tomo, desain piston mirip kepunyaan Yamaha YZF. Dimensinya yang tidak tinggi pula sudah dipadukan dengan badan piston yang tidak begitu lebar. Untuk motor drag  yang harus menempuh waktu singkat, aplikasi ini dirasa sangat cocok. Apalagi piston memang tidak perlu ketahanan, karena hanya menempuh jarak 201 meter.

CC Lebih Kecil

Kapasitas silinder atau cc yang dimiliki Yamaha Mio milik Tomo Speed Shop (TSS) ini memang lebih kecil. Itu jika dibanding Mio milik Miekel Tjanjanto dari MC Racing yang juara 1.

Kalau Yamaha milik MC Racing menggunakan piston diameter 71 mm dengan volume silinder 340 cc. Sedangkan milik TSS diameter piston hanya 69 mm, dengan kapasitas silinder yang hanya 321 cc.

Perbedaan diameter silinder namun tidak di soal stroke atau langkah piston. Sama menggunakan kruk as kerbau terbaru punya stroke 86 mm.

Untuk perbedaan lain ada pada sistem pengapian terutama CDI. Kalau milik MC Racing masih mengusung CDI milik Yamaha Nouvo dengan kode 1P7.

Sedangkan CDI yang dipakai di Mio TSS ini adalah milik Mio lama. “Kodenya Sepco, sebelum keluar CDI Mio label Moric,” tunjuk Tomo.

 DATA MODIFIKASI
Ban depan : Eat My Dust  45/90-17
Ban belakang : Eat My Dust 60/80-17
Knalpot : TSS
Pelek belakang : Comstar 1,20x17
TSS : (021) 935-279-58

Yamaha Jupiter-Z, Modal Seemprit Bisa Ngibrit


Di ajang arena kebut malam, Yamaha Jupiter-Z milik Ivan Sutisna termasuk disegani. Padahal kalau mau buka-bukaan spek motor ini mengandalkan komponen standar.

“Cuma stroke aja sudah naik biar kapasitas mesin meningkat,” jelas Ivan Sutisna yang tinggal di Jati Raden, Pondok Gede, Bekasi.

Untuk bikin Jupiter-Z ini bisa ngibrit, ubahan motor ini memang hanya mengandalkan part standar. "Maklum modalnya terbatas jadi ngandelin part standar dari motor lain,” lanjut Ivan.

Ivan juga ingin membuktikan bila komponen lokal juga bisa diandalkan, tidak hanya tergantung pada part racing. "Biasanya kalau bikin motor kenceng banyak bengkel yang mematok sampai puluhan juta, Jupiter-Z ini cuma ngabisin dana Rp 2 juta," rinci Ivan.

Kuncinya untuk membuat dapur pacu lebih beringas dijalani dengan cara naik stroke sampai 6mm. “Untuk setang piston masih mumpuni mengandalkan milik Yamaha RX-King dan piston standar CBR 150 oversize 250 yang diameternya 66mm,” celetuk Ndut mekanik Montong Jaya Motor di Jati Padang, Jaksel.

Pen piston tetap mengandalkan milik RX-King cuma biar piston CBR bisa pas dibuatkan kupingan sebagai bahan bos dari bahan albronch.

“Biar piston enggak nongol saat blok dipasang diganjal paking setebal 6mm dari bahan pelat aluminium,” lanjut Ndut.

Areal kepala silinder pastinya ikut kena olah, tarikan Jupiter-Z mampu melibas trek 500 meter, kem ikut dimodifikasi. Sayang Ivan Sutisna tidak begitu ngerti ubahan pasti yang sudah dilakukan. Ngukur durasinya gak ngeh.

Yang jelas agar aliran bahan bakar lebih deras klep masuk mengaplikasi 33mm dan klep buang 28mm. “Klepnya pakai klep motor lokal cuma dibubut payung klep dan batangnya,” ujar Ndut yang sekalian mengubah sitting klep.

Biar kompresi lebih padat dan kepala silinder enggak mentok piston, kubahnya mengalami ubahan. Bagian kubah diatur ulang lebih lebar meyesuaikan diameter piston dan bibir head dipangkas sampai 3 mm. Sedangkan per klep mengandalkan milik standar Honda Sonic.
Untuk areal pengapian seluruhnya masih mengandalkan part standar bawaan motor, seperti magnet juga tidak ada yang kena bubutan. Begitu juga dengan koilnya masih bawaan Jupiter-Z. "Cuma CDI saja yang pakai standar milik Yamaha Crypton," cerocos Ndut.

 Sedang untuk memperlancar saluaran buang, urusan itu dipercayakan pada knalpot lokal garapan bengkel Pac Man. "Tapi, ukuran pipa dan modelnya sudah dikasih spek yang pas dengan ubahan mesin," tutup Ndut yang order silincer knalpot lebih besar.

Reamer Karburator

Turun di kelas standaran ajang kebut malam alias balap liar, Yamahas Jupiter-Z pacuan H. Deny kerap jadi perhatian pada areal karburator. Malah selalu jadi perhatian saat proses scrut dadakan.

Namanya main standaran salah satu syaratnya karburator harus bawaan motor alias standar. Tinggal pandai-pandai mekanik mengakali peranti penyuplai bahan bakar ini. "Makanya kalau ada lawan yang penasaran silakan periksa langsung karburator," lantang Ivan Sutisna yang satu tim.

"Karburator memang masih pakai standar bawaan Jupiter-Z cuma diameternya lubang skep sudah direamer," jelas Ndut yang sepertinya enggak menjelaskan secara detail ukurannya.

Namun untuk kebutuhan trek lurus sepanjang 500 meter, pas seting spuyer mengandalkan pilot 100 dan main-jet 27,5. "Mulai dari tarikan bawah sampai atas tenaga ngisi terus," tegas Ndut yang sudah bawa besutannya keliling berbagai lintasan kebut malam.

 DATA MODIFIKASI
Ban depan  : IRC 60/90-17
Ban belakang   : IRC 60/90-17
Knalpot    : Custom
Gir : 17/25
MJM: (021) 92229456  

Minggu, 06 November 2011

Rahasia Biar Ban Drag Bike Lebih Mengigit


Dioles bensol atau bensin
Drag bike adalah balap yang mengutamakan catatan waktu. Sampai seperseratus detik angkanya bisa kelihatan. Dipastikan faktor penggunaan ban sangat menentukan catatan waktu yang memang ketat sekali . 

Paling utama tentu memilih ban yang digunakan lebih dulu. Paling krusial ban belakang karena power mesin disalurkan lewat cengkraman karet bundar bagian belakang ini. Jadi, memang benar diperlukan ban yang menggigit. 

Menurut Miekeel Tjahjanto dari MC Racing, paling bagus untuk saat ini menggunakan ban IRC Eat My Dust. Ban yang dikeluarkan dari pabrikan IRC Thailand ini memang mahal. Tapi, hasilnya sangat paten karena bukan saja kembangnya yang bagus, tapi compound sangat lunak dan memang compund racing. 

Pilihan kedua merek HUT atau Vee Rubber. Ini sih hampir setara ban drag lokal yang banyak di pasaran. Hanya kompon saja yang lunak, tapi belum termasuk compound racing. Makanya ban ini direkomendasikan oleh Miekeel hanya untuk dipakai untuk ban depan.

Untuk itu, buat ban belakang lebih bagus tetap gunakan IRC Eat My Dust. “Bagian yang menapak ke aspal juga benar-benar mendukung untuk mengurangi gejala selip,” jelas Miekeel yang endut dan berkacamata itu.

Namun bukan berarti menggunakan ban IRC Eat My Dust sudah langsung bisa start. Tetap harus butuh perlakukan khusus. Miekeel biasanya pasang tire warmer atau pemanas ban untuk menjaga suhu ban tetap stabil. 

Selain itu, ketika mau race juga ada trik khusus yang mantap dilakukan. Permukaan ban yang menapak ke aspal dilumuri bensol. Maksudnya adalah agar karet jadi lunak dan lebih dari soft compound. 

Namun supaya tidak licin yang bisa bikin catatan waktu molor, permukaan ban juga harus dibuat sedikit lebih panas. Caranya bisa dengan dibawa burn out. Baru deh bisa langsung start. Wussss... 

Yamaha Mio, Tercepat Karena Kompresi



Bukan seperti nasi goreng yang special karena pakai telor. Tapi,  Mio geberan Muhamad Hendra ‘kecil’ Dely ini jadi spesial karena mampu pecahkan rekor tercepat di dua kelas sekaligus. Yaitu, Super FFA Matik dan Super FFA di ajang Drag Bike TDR YSS Comet DID di Jogja, beberapa waktu lalu. Dan di ajang Seri III Achiles-Corsa Drag Bike  di Sentul (23/10) lalu tembus 6,959 detik. Itu, berkat kompresi tak terlalu tinggi!

Hendra yang hanya 27 kg itu, mampu melesatkan Mio bersasis titanium ini hingga catat waktu 7,040 detik. Padahal, isi besutan hanya sentuh 294,5cc. Tapi, berdasarkan hasil yang diraih, Utomo Tjioe selaku pemilik motor, bakal tetap pakai setingan sama buat berlaga di ajang drag Thailand nanti. Iya, berangkat ke Thai  akhir tahun, sebagai hadiah utama.

"Sebenarnya kalau bicara pemakaian part di mesin, ya sama seperti motor lain pakai. Karena part dari Thailand pun sudah banyak beredar di pasaran dan dipakai mekanik lokal. Mungkin, ini kali, seting mesin cocok dengan karakter Hendra. Makanya dia bisa catat rekor,” ungkap Utomo atau akrab disapa Tomo.

Memang, Tomo mengaku kalau mesin Mio ini juga dibawanya dari Thailand. Maksudnya, bukannya tunner dari Negeri Gajah Putih itu yang disuruh datang. Melainkan, Tomo pesan dan riset mesin dari Thai dan diboyong ke Indonesia.

"Tapi, setelah diperhatikan, sepertinya tidak ada bedanya dengan kreasi tunner Indonesia. Makanya saya gak menganggap spssial,” ungkap pria berkacamata pemilik Tomo Speed Shop di Jl. Bendungan Jago Raya, No. 6-7, Kemayoran, Jakarta Pusat.

Terlepas dari itu, Tomo pun mengaku kalau rasio kompresi mesin yang diterapkan hanya sentuh angka 12 : 1. Tidak seperti pacuan drag yang umumnya banyak bermain di atas angka itu.

Pakai kompresi tidak terlalu tinggi, tujuannya agar performa lebih baik di putaran menengah ke atas. “Kalau terlalu galak di putaran bawah, takutnya mengganggu kontrol joki saat start. Akibat terlalu liar, bisa hilangkan waktu cukup banyak,” jelas suami dari Lice itu. Kompresi rendah juga enak di trek panjang.

Kompresi didapat dari pemakai piston forging LHK diameter 66mm yang diperuntukan bagi Mio. Bentuknya hampir sama seperti piston Honda CBR 150R. Tapi,  jika diperhatikan seksama, jarak antara pen ke permukaan piston yang diadopsi LHK lebih tinggi. “Hanya tinggi sekitar 0,5mm saja. Jadi, permukaan piston sejajar dengan bibir blok meski stroke sudah dibikin naik hingga 86mm,” beber pria 26 tahun yang baru menikah itu.

Tapi menurut Tomo lagi, sepertinya ini yang membedakan setingan tunner Thai dengan Indonesia. “Tunner kita lebih senang padatkan kompresi dari ubahan head. Tapi kalau Thailand, head malah banyak dicoak agar kompresi rendah. Maka itu, setelah pakai paking almu 3,5cm tetap pakai paking blok tembaga 0,5mm,” tambahnya lagi.

Bicara durasi noken as, Tomo tidak ada dial tepat. Itu karena mekanik Thailand lebih menerapkan hitung tinggi bumbungan dan pinggang. Tinggi, 27mm dan pinggang 19. “Sebelumnya pakai 26mm dan pinggang 18mm. Tapi, efeknya putaran atas saja yang bagus. Kalau pakai 27/ 19mm, bisa bantu putaran bawah,” tutupnya.

Siap Ke Thailand
Seperti dikatakan, seting engine tetap pakai yang sekarang. Yup! Misal, pakai klep 34mm (in) dan 30mm (ex) merek EE5. Alasannya pakai klep ini, karena diameter batang klep yang diaplikasi bervariasi. Ya, batang klep in 5mm dan klep ex 4,5mm. "Lebih kecilnya batang klep ex, rpm mesin makin ringan buat capai rpm tinggi," jelas Tomo.

Lalu, knalpot tetap pakai diameter leher pipa 30mm. Tidak tertinggal, CDI Fino merek Sepco. Karburator pun tetap pakai Keihin SP 28mm yang sudah direamer hingga 33mm. "Sebelum pergi, paling hanya melakukan pengecekan saja. Nah, ini juga yang kadang jadi pertanyaan kenapa mesin Thailand suka enggak awet. Tapi, mesin saya awet-awet aja tuh,” kata Tomo. Saran Tomo, baiknya lakukan penggantian komponen secara berkala. Misal, per klep ganti setiap 2–3 event. Lalu, ganti boring jika clearance liner sudah lebih dari 0,05mm.

DATA MODIFIKASI
Ban depan        : Vee Rubber 45/90-17
Ban belakang    : Vee Rubber 60/80-17
CDI            : Yamaha Fino
Roller             : 11 gram
Kampas kopling: LHK

Sabtu, 05 November 2011

Suzuki Satria F-150, Hasil Belajar 2 Minggu

Baru belajar dua minggu airbrush,Yogie Prastyo langsung jajal keahliannya. Salah satu proyek awalnya ya di Satria F-150 2008 ini. Meski pun baru 14 hari, Yogi, panggilan dekat ogie, sudah mulai kelihatan bakatnya.

Di F-150 garapan Yogi menerapkan motif grafis. Terbilang berani untuk ukuran new comer seperti Yogi bikin airbrush grafis. “Susah juga sih. Paling susah waktu mengecat grafis supaya cat enggak melebar ke luar garis,” curhat remaja 16 tahun ini.

Airbrusher enggak ada bedanya dengan builder. Spesialis kelir bodi motor punya tingkat kesulitan yang berbeda dari modifikator yang lebih banyak bikin ubahan komponen. Airbrusher kudu melatih kejelian menggabungkan dari sekian banyak warna jadi satu tempat di bodi motor. 

Makanya, Yogi terbilang cukup punya nyali. Sebagai new comer alias pendatang baru di kalangan airbrusher sudah menjajal bermain pola, khususnya grafis. Sepintas memang kelihatan gampang cuma mengecat dengan motif di bodi motor. Padahal, enggak begitu, cuy. 



 DATA MODIFIKASI
Ban depan: Mizzle 2,15 x 17
Ban belakang: Mizzle 2,25x17
Pelek depan: Axio 2,15x17
Pelek belakang: Axio 2,25x17
Yogi custom paint: 0856-1856-564

Pelek 2 Warna Bikin Gaya Motor Drag



Rp 600 ribu/set
Tampilan fashion tidak melulu buat motor contezt. Tapi motor drag atau balap juga boleh tampil menarik dan eye catching. Salah satu cara simpel tampil gaya, bisa diawali dengan pakai pelek belang seperti ini.

Pelek pakai merek Akron ini memang unik. Setiap lingkar mempunyai 2 warna kombinasi. Ada biru-hitam, merah-hitam, hijau-hitam, oranye-hitam, gold-hitam dan ungu-hitam.

"Kalau ban lagi berputar, terlihat cakep banget deh! Itu salah satu daya tarik pelek ini," tunjuk Kurniawan alias Awan, juragan dari Ban Speed Gallery (BSG) yang jualan produk ini.

Sementara ini baru tersedia dua ukuran. Ada 1,20x17 inci dan 1,40 x17 inci. So pasti memang diperuntukan bagi yang doyan ngebut di trek lurus alias karapan motor. Merek pelek ini, juga sudah terkenal sebagai lingkar roda berkualitas.

Peminat serius bisa datang langsung ke BSG yang mangkal Jl. Jelambar Aladin No. 3A, Tubagus Angke, Jakarta Utara. Kompletnya, telepon aja ke (021)  95899200.

Piston Bore Up Ninja 250R, Dongkrak Jadi 280 cc


Mesin 250cc dua silinder yang dimiliki Kawasaki Ninja 250R tidak lantas bisa memenuhi hasrat para pemiliknya. Oprek sana-sini tetap dilakukan untuk mendapatkan performa lebih nendang.

Salah satu solusi instan yang ditawarkan Spinx Motorsport adalah paket bore up. Kit ini menggunakan piston 66 mm keluaran JE Pistons lengkap dengan ring dan pen.

"Sedang blok silinder bisa tetap pakai standar tapi tentunya harus dikorter lebih besar," ungkap Budiman Terianto, owner Spinx Motorsport. 

Dengan piston 66 mm, totalnya kapasitas mesin Ninja 250R bakal terdongkrak menjadi 280 cc. "Penyesuaian selanjutnya paling jetting dan ganti knalpot," lanjut Budiman ketika ditemui di workshop-nya di Poins Square LT.3A no. 57, Lebak Bulus, Jakarta.

Soal harga pria ramah ini buka harga Rp 6 juta untuk dua piston, tukar tambah blok lama dengan blok silinder yang sudah dikorter dan setting.